Senin, 19 November 2007

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

Menurut Keputusan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

dokter hewan lulus administrasi bali 2007

DAFTAR PESERTA TEST CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
DEPARTEMEN PERTANIAN TAHUN 2007
LOKASI TEST : BALI
PENDIDIKAN : STRATA DUA
NO NO_PSRT NAMA TMPT_ LHR TGL_ LHR ALAMAT
1 5100143 ANITA DWI HANDAYANI NGANJUK 04/09/1980 JL. MANDASARI GG X NO.4 RENON, DENPASAR
2 5100134 CHRISTINA SUSANTI NGANJUK 28/11/1976 DSN.PANGERAGOAN KEL.PANGERAGOAN, KEC.REKU TATAN, JEMBRANA
3 5100012 DRH I MADE DWI TEMAJA RSUP SANGLAH DPS 30/11/1973 JL. MAJAPAHIT GG GN.AGUNG IV NO.IIA GIANYAR 80511
4 5100009 DRH. I MADE ARTHAWAN DENPASAR 18/03/1976 JL. DIPONEGORO 151/135 DENPASAR 80114
5 5100053 DRH. IDA BAGUS KETUT SURYA S BANGLI 17/08/1977 BR TEGALINGGAH, BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR
6 5100014 DRH. IGA P.CHANDRA D, SKH SURABAYA 06/03/1984 JL.GN.TALANG GG I NO.11 BUANA INDAH DENPASAR BARAT 80117
7 5100011 DRH. LUH MADE SUDINARTINI DENPASAR 24/10/1982 JL.RAYA SESETAN GG GUMUK SARI NO.4A BANJAR ANTANG, BEJUH, DENPASAR 80223
8 5100010 DRH. MARIA ERMINA DENPASAR 10/05/1982 JL. EN SERAYA II/9 PERUMNAS MONANG MANING DENPASAR 80119
9 5100005 DRH. NI MADE RITHA KRISNA DEWI CELAGI 05/01/1984 BANGAR CELAGI, DESA DENBATAS KEC.IHAB, TABANAN 82115
10 5100013 DRH.APRIANA GERMANA GITA MANUK KUPANG 23/04/1976 JL. IMAM BONJOL GG VIIA-11A DENPASAR
11 5100008 DRH.LUH KADEK NANDA LAKSMI DENPASAR 09/11/1979 JL. P.BATAM III DENPASAR 80114
12 5100007 DRH.WIDIYAWATI RAHAYU DENPASAR 18/12/1983 JL. PANDU NO.1 DENPASAR
13 5100006 GEDE AGUS JONI ULIANTARA GIANYAR 13/06/1976 BANJAR BUKIT BATU SAMPLANGAN, GIANYAR 80512
14 5100059 I GEDE SUKARYA WIGUNA PUTRA BR.PD.BALIDAGUNG 10/04/1982 BR. PADANGBALI, DESA DALUNG KEC.KUTA UTARA, BADUNG 80361
15 5100138 I GUSTI AYU MARTINI BADUNG 16/07/1975 JL.A YANI GG SATRYA II A NO.8 DENPASAR
16 5100054 I KADEK SUARTIKA GALUNGAN 03/06/1982 DS.GALUNGAN, SAWON, BULELENG 81171
17 5100168 I KETUT WIRATA LIBETAN 23/03/1975 JL.SERMA GEJER NO.112, DS.TEGAL LINGGAH, AMLAPURA, BALI
18 5100132 I MADE MULIYADI DENPASAR 27/12/1976 JL. WARDANA GG I/7 UBUNG DENPASAR
19 5100137 I MADE SUAMBA DENPASAR 11/08/1975 JL.KEBO IWA GG DANAO TAWAR III NO.3 DENPASAR
20 5100058 I NENGAH JAYA KUSUMA MATARAM 12/09/1981 JL. TUKAD TAMAN SARI 18 DENPASAR 80225
21 5100144 I PUTU AGUS KUSUMA ATMAJA KR.ASEM 14/01/1983 BANJAR DINAS MIJIL, DS.SANGKAN GUNUG, SIDEMEN, KARANGASEM
22 5100135 I WAYAN MUDIARTA PENGERAGOAN 05/05/1973 JL. PENDIDIKAN NO.15 DENPASAR
23 5100175 I WAYAN SUDIMANTARA MEDAHAN 15/05/1975 DS. MADALANI KEC. BLOK BATAH, GIANYAR BALI
24 5100055 I WAYAN YUDI SUTARYAWAN KEBON 04/02/1982 BR.KEBON, NYITDAH, KEDIRI, TABANAN
25 5100140 IDA AYU SRI CANDRA DEWI DENPASAR 09/07/1982 JL.IMAM BONJOL NO.101 DENPASAR
26 5100056 JUBLYANA PURBA SAILEBAH 01/04/1979 JL. GN.INDRA KILA I/21 DENPASAR 80119
27 5100145 KETUT WAYUDIARTA LES 24/02/1976 BUMI DALUNG UTARA, BADUNG
28 5100057 M.SRI LESTARI BANGLI 29/02/1980 JL.MERDEKA NO.9 KEL.BEBALANG, BANGLI 80614
29 5100141 NI LUH GEDE PUTU INDRANI BR.BALU 09/02/1982 BR. BALU NO.29 KEL.ABIAN TUWUNG
30 5100139 NI LUH PUTU ARISAPTA RINI W. SINGARAJA 31/01/1981 JL. P.MOYO 20 DENPASAR
31 5100133 NI LUH SRI INDRA DENPASAR 21/08/1980 JL.TUKAD BALIAN GG XXII-11 RENON DENPASAR
32 5100136 RIAMA SETYANINGSIH PONOROGO 04/01/1983 JL.TUKAD YEH GG ANGGREK NO.7 DENPASAR
33 5100142 VERA PAULINA SITANGGANG MEDAN 17/02/1977 JL. PURNAWIRA IV DENPASAR












Jumat, 02 November 2007

KETIKA DITEMUKAN KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA PERTAMA DI BALI

skip to main | skip to sidebar

Infovet

Alamat/ Address: Gedung Rumah Sakit Hewan Jakarta Lt2 Jl Harsono RM No 28 (Blk) Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550 Telp (021) 7891092, 7829689, 78841279 Fax: (021) 7891092 E-Mail: infovet@rad.net.id, infovet@telkom.net Website: infovet.wordpress.com

Website Utama - ARSIP MATERI EDISI CETAK - Surat Pembaca - Ruang Redaksi - Editorial - Mimbar - Fokus - Liputan Khusus - Peristiwa - Info Iptek - Ekbis - Profil - Refleksi - Abstract - Ternak Sehat Ternak Produktif - Solusi Peternak Handal
____________________________________

Ketika Ditemukan Kasus Flu Burung pada Manusia Pertama di Bali

((Departemen Kesehatan mengkonfirmasi bahwa telah terjadi kasus flu burung pada manusia di Bali. Ini merupakan kasus pertama pada manusia yang terkonfirmasi di Bali. Kita pun kilas balik sejarah dan konsep ketahanan tubuh ayam. ))

Warga Dusun Dangin Tukad Aya, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Ni Luh Putu Sri Widiantari, 29 tahun, yang positif terinfeksi virus H5N1 penyebab flu burung, meninggal dunia, Minggu (12/8), setelah dirawat di RS Sanglah. Kasus tersebut merupakan yang pertama di Bali. Demikian disampaikan Bayu Krisnamurthi, Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) kepada Infovet saat jumpa pers di Jakarta, Senin (13/8).

“Kami memahami kebutuhan masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri mengenai kasus suspek ini. Sebuah tim sudah berada dilapangan dimana para pakar dari FAO dan WHO sedang menyelidiki kasus ini,” jelas Bayu.

Dari pantauan Infovet, hingga Selasa (14/8), empat anggota Tim Depkes dan seorang investigator Konsultan WHO mengambil sampel darah sembilan orang terdekat korban, seperti suami, nenek, kakek almarhumah. Sampel hendak diuji di laboratorium Depkes di Jakarta.

Kasus itu disorot Depkes dan WHO karena penderita meninggal dan sebelumnya, Dian (5), yang merupakan anak korban, juga meninggal dunia. “Ini jadi pertanyaan, apakah anak korban juga terduga virus H5N1. Kami belum bisa menyimpulkan apakah virus ini mulai menular antarmanusia. Ini perlu penelitian lebih serius,” kata Kepala Sub- dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dinas Kesehatan Bali I Ketut Subrata.

Dia menjelaskan, Dian meninggal pada 3 Agustus, di saat yang sama, Widiantari menderita gejala sakit. Berdasarkan keterangan RSUD Negara, Dian meninggal akibat infeksi paru-paru. Sementara seorang anak perempuan berumur 2 tahun 9 bulan dari dusun yang sama juga sedang dibawah pengawasan. Sampel dari anak ini sudah dikirim ke Jakarta untuk diperiksa.

Hingga berita ini diturunkan, kasus penularan flu burung pada manusia di Indonesia telah menyerang 103 penderita, 82 di antaranya meninggal dunia. Angka kematian manusia akibat terinfeksi flu burung 79,6 persen. Kabupaten Jembrana sudah ditetapkan sebagai wilayah kejadian luar biasa flu burung. Ratusan unggas dimusnahkan.

Sebenarnya keberadaan virus AI telah terdeteksi di area tersebut sejak bulan sebelumnya dan sejak 19 Juli 2007 telah dilakukan pemusnahan terbatas di daerah tersebut serta pemusnahan lanjutan telah mulai dilakukan sejak beberapa hari yang lalu.


Gubernur Kecewa pada Bupati Jembrana

Ditempat terpisah, Gubernur Bali Dewa Beratha mengaku kecewa terhadap Bupati Jembrana, dan menganggap kasus tersebut sebagai sebuah kecolongan. Oleh karena itu, Gubernur meminta Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Bali dan Jembrana memantau aktivitas di sekitar rumah korban.

Widiantari mulai menderita sakit pada 3 Agustus lalu dengan gejala panas, batuk berdahak, dan menggigil. Pada 6 Agustus, ia berobat ke petugas kesehatan, lalu ke dokter. Ia sempat dirawat di RSU Daerah Negara sebelum dirujuk ke RS Sanglah dengan diagnosis pneumonia berat.

Penderita dirawat di RS Sanglah pada 10 Agustus dengan panas 40 derajat Celsius. Tetangga Widiantari, PN (2 tahun 9 bulan) juga diduga terinfeksi H5N1 dan dirawat di RS Sanglah sejak Minggu lalu.

Dewa Beratha juga memerintahkan agar seluruh unggas yang berada pada radius satu kilometer dari rumah korban dimusnahkan dan seluruh warga diperiksa kesehatannya. Ini untuk memastikan tidak adanya penularan lebih lanjut.

Tak lama berselang, Bupati Jembrana Gede Winasa mengelak bahwa kasus flu burung tersebut sebuah kecolongan. “Kami tidak ingin menuduh atau menjadikan siapa pun kambing hitam. Kami prihatin dengan kasus ini,” katanya. Ia menegaskan, biaya untuk pemberantasan flu burung pasca kasus Widiantari tidak terbatas. Bupati juga menyantuni keluarga korban sebesar Rp 5 juta.

Dari Sukabumi, Jawa Barat, Wakil Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza Tri Satya Putri N mengimbau pemerintah agar tidak melihat kembali merebaknya flu burung pada unggas sebagai hal biasa. Hal itu dia sampaikan karena flu burung kembali menyerang unggas di peternakan-peternakan dan menyebabkan kematian massal. Tri Satya menilai, penanganan pemerintah masih lambat.


Sungguh Ironis...

Bayu juga menambahkan, petugas kesehatan dari dalam dan luar negeri juga memonitor lalu lintas semua jenis hewan dari dan ke daerah sekitar kasus dideteksi. Semua unggas dalam radius 1 kilometer dari lokasi disembelih dalam minggu ini. Bersama dengan UNICEF, kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah sekitar juga segera dilaksanakan.

Pihaknya bersama tim ahli dari Komnas FBPI segera bertolak ke Bali untuk melihat langsung langkah-langkah yang dilakukan untuk mengendalikan penyebaran pada unggas. “Dengan kejadian ini wisatawan diminta untuk tidak panik, tetapi mereka juga harus mengetahui informasi yang ada. Kasus pada manusia di Jakarta telah bisa dikendalikan dan kontrol ketat juga sedang diberlakukan di Bali,” jelas Bayu.

Lebih lanjut Bayu juga memaparkan langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko tertular virus flu burung:

1. Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika telanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke kepala desa.
2. Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
3. Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 2 minggu.
4. Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.

Yang menjadi pemandangan ironis adalah saat ini Bali telah ditetapkan sebagai wilayah dengan prioritas pertama dalam penanggulangan virus Avian Influenza oleh Departemen Pertanian. Sementara di saat yang sama terjadi kasus kematian akibat Flu Burung pertama di Pulau Dewata ini yang bisa jadi bisa memukul sektor pariwisata yang menjadi andalan devisa pendapatan daerah.


Kilas Balik ke Tahun 2004

Flu Burung yang makan korban manusia di Bali belum lama ini tersebut secara teoritis memang bisa terjadi, bila sebelumnya sudah diketahui ada Avian Influenza ketika pada 2004

Pemerintah pun pada 2004 sudah menyampaikan perkembangan wabah penyakit unggas menular (avian influenza) penyebarannya termasuk di Bali, meski pada saat itu hasil uji serologi dari Departemen Kesehatan terhadap peternak di Bali menunjukkan hasil reaksi negatif terhadap avian influenza/flu burung

Saat 2004 itu, Virus flu burung yang menjangkiti Indonesia termasuk Bali membuat semua pihak ekstra waspada. Sebab tak hanya unggas yang bisa kena virus ini. Manusia pun bisa kena. Hanya saja penularannya lewat unggas yang sudah terkena virus ini. Jembrana pun sempat dikagetkan dengan pemberitaan ribuan unggas mati karena flu burung.

Sejak tersiarnya kabar adanya virus flu burung sampai berita ribuan unggas di Jembrana mati pada 2004 itu, pemantauan terhadap peternak makin intensif. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan melalui Bidang Peternakan turun ke lapangan. Data yang mereka temukan, tidak ada kematian ternak hingga ribuan ekor.

Kalau ada yang mati jumlahnya tak sampai ribuan. Peternakan yang sudah mereka sasar adalah Mitra Abadi Farm (20 ribu ayam petelur), Suwina, peternak di Sebual (3500 ayam petelur), Tantra peternak di Melaya (7000 ayam petelur) dan Adi Adnyana peternak di Negara (2000 ayam petelur).

Mengantisipasi lebih mewabahnya flu burung Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana mengeluarkan surat edaran no 524.3/140/Nak/PKL/2004 ini tentang wabah penyakit unggas. Surat edaran tersebut menekankan lima hal, yakni semua peternak unggas harus melaporkan tiap ada penyakit dan menutup lokasi peternakan yang sudah tertular.

Selain itu, tidak memberdayakan unggas yang sakit dari peternakan yang sudah tertular, melakukan pemusnahan unggas yang sakit dan mati dengan cara dibakar atau ditanam, terakhir melakukan sanitasi (desinfeksi) terhadap unggas, kandang dan alat ternak lainnya dengan venol, Na/K, dan hipo klorit.

Selain surat edaran, para peternak juga dihimbau melakukan mencegahan di kandang masing-masing. Peternakan terbesar yang ada di Jembrana, Mitra Abadi Farm sampai melakukan isolasi kandang.

''Hal ini kami lakukan agar mereka yang ke luar masuk diperhatikan dan mengurangi penyebaran virus. Kami pun akan membelikan masker untuk tujuh karyawan yang bertugas di kandang,'' papar I Ketut Sudiasa, pemiliki kandang yang terletak di banjar Kebon, kelurahan Baler Bale Agung, Negara ini.

Pada 2004 itu, Kabid Peternakan IGN Sandjaja menambahkan, isolasi kandang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus, seandainya kandang sudah terjangkit virus. ''Mereka yang masuk kandang wajib memakai masker dan melakukan cuci hama,'' tandasnya.

Hal ini dilakukan karena penyebaran virus melalui kontak alat dengan manusia, melalui angin dan makanan. Obat untuk virus ini belum ditemukan, yang ada adalah vaksin.


Gumboro

Sebelumnya, Januari 2004, Pihak Dinas Kesehatan Propinsi Bali bersama Dinas Kesehatan Jembrana dan Bid Peternakan pun sudah melakukan pemantauan di lokasi peternakan milik Sudiasa. Apa yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah ada masyarakat sekitar lokasi kandang ayam terkena imbas virus.

Sampai saat itu belum ditemukan adanya orang yang terkena virus flu burung di Jembrana. Komisi B DPRD Jembrana bersama Bid Peternakan direncanakan turun lagi ke lapangan.

Soal kekhawatiran terjangkitnya flu burung juga menghantui para peternak. ''Saya yang tiap hari bergelut dengan ayam juga khawatir. Kalau ada pekerjaan lain saya mau kerja yang lain saja,'' ujar Ketut Winarsa, salah seorang pengelola peternakan ayam pedaging di Banjar Dangin Berawah, Perancak, Negara januari 2004.

Kebetulan kandang ayam yang dimiliki Putu Budiastra ini sedang kosong. Mereka baru saja panen dan belum tahu apakah akan melanjutkan usaha ini sehubungan dengan adanya virus flu burung. ''Melanjutkan atau tidak terserah bos saja. Kalau ternak ayam lagi, ya saya kerja kalau nggak ya nggak apa-apa,'' ujar Winarsa yang didampingi istrinya, Ni Wayan Sutarmi yang sampai 2004 sudah tiga tahun mengelola peternakan ayam milik Budiastra.

Salah seorang adik Sudiasa pun mengakui ada kekhawatiran virus flu burung ini. Walaupun sudah disemprot desinfektan, rasa khawatir juga masih ada. Soal ayam-ayam yang mati, Sudiasa dan Winarsa mengakui ada yang mati, namun jumlahnya tidak sampai ribuan. ''Tiap hari paling-paling ada tiga ekor yang mati. Itu pun langsung kami bakar di dapur khusus,'' papar Sudiasa.

Sementara Winarsa mengatakan dari 5000 ekor ayam pedaging, yang mati dalam waktu 36 hari itu sekitar 300-400 ekor. ''Matinya ayam itu tidak bersamaan, penyebabnya juga bukan virus flu burung tetapi gumboro,'' tandasnya. Soal kebersihan kandang pun dia akui sudah dilakukan dengan baik. Tiap dua hari kandang dibersihkan dan kotoran pun sudah ada yang memesan untuk dijadikan pupuk.


Peneguhan oleh FKH Universitas Udayana

Pada tahun 2004 itu pun terjadi peneguhan tentang adanya kasus AI di Bali. Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana sudah mengisolasi virus Avian Influenza (AI) pada ayam kampung di Bali.

Kasus yang ditemukan tim ahli FKH Unud tersebut terjadi pada ayam kampung milik seorang peternak di Desa Kerobokan, Kota Madya Denpasar yang pada tanggal 16 Juni 2004 yang menunjukkan gejala tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk.

Adapun tim dari FKH Unud itu adalah GNK Mahardika, M Sibang, M Suamba, KA Adnyana, NMS Dewi, KA Meidiyanti, dan YA Paulus. Pada kasus yang dilaporkan Jurnal Veteriner FKH Universitas Udayana itu, bedah bangkai ditemukan perdarahan titik atau menyebar di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.

Selanjutnya, suspensi material paru-paru, seka-tonsil, dan otak ayam contoh diinjeksikan pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari. Sekitar 20 jam paska injeksi semua embryo telah mati dan mengalami perdarahan seluruh tubuh serta membrannya.

Sumber yang sama menyatakan, aktivitas hemaglutinasi dapat dideteksi dari cairan alantois dengan uji haemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA). Aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak dapat oleh antibodi terhadap ND dengan menggunakan teknik hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/HI) yang baku.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa agen yang terlibat adalah virus AI. Pengujian dari agen tersebut untuk dijadikan sebagai bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Ternyata, 3 (tiga) tahun setelah tahun 2004 itu, kini kita mendapati kenyataan berbeda dengan penyebaran virus Avian Influenza, menurut berita Komnas Pengendalian Flu Burung itu, telah menyerang manusia.

Maka berbagai wacana tentang AI di Bali pun kembali bermunculan. Namun hendaknya semua tidak berhenti cuma sampai pada wacana semata. Menjadi tugas kita untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus yang penuh liku-liku ihwal penguasaan konsep tentang ketahanan tubuh ayam ini. (wan/YR/berbagai sumber)

Newer Post Older Post Home

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkDGM5yJl6LQbE-TfZK2Q9XuSU50bhPxQcVWKC-PYgwtbCd8g75-Hfk4xqTa1d7xCENi2Bv47RBC34Dk8XngWZwwuP0jT84DG6tnAHLkjlof_V8GHw3qMy0XwtoAPJkQCLki6MrczW9kFS/s240/ASOHI.jpg

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN HEWAN

Isolasi Virus Avian Influenza pada Ayam Kampung di Bali

Posted by hatibening under Jvet Vol 5(4) 2004

Isolasi Virus Avian Influenza pada Ayam Kampung di Bali

GNK Mahardika, M Sibang, M Suamba, KA Adnyana, NMS Dewi, KA Meidiyanti, YA Paulus

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl PB Sudirman Denpasar – Bali – Indonesia
Telp. 0361-223791 – 701808; Faksimili 701808
Email: lepidoselis@yahoo.com

ABSTRAK
Isolasi virus Avian Influenza (AI) pada ayam kampung di Bali dilaporkan dalam studi kasus ini. Kasus dimaksud terjadi pada ayam kampung milik seorang peternak di Desa Kerobokan, Kota Madya Denpasar pada tanggal 16 Juni 2004 yang menunjukkan gejala tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk. Pada bedah bangkai ditemukan perdarahan titik atau menyebar di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.
Suspensi material paru-paru, seka-tonsil, dan otak ayam contoh diinjeksikan pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari. Sekitar 20 jam paska injeksi semua embryo telah mati dan mengalami perdarahan seluruh tubuh serta membrannya. Aktivitas hemaglutinasi dapat dideteksi dari cairan alantois dengan uji haemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA). Aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak dapat oleh antibodi terhadap ND dengan menggunakan teknik hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/HI) yang baku.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa agen yang terlibat adalah virus AI. Pengujian dari agen tersebut untuk dijadikan sebagai bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: Virus Avian Influenza, Ayam kampung

ABSTRACT

Isolation of avian influenza virus in local chicken is reported in this case study. The case has affected a small local chicken flock in Kerobokan, Denpasar, in June 16, 2004. Ten out of 50 animals showed no specific clinical sign such as appetite loss, dirty feather, weakness, pale, and in-coordination. 5 of which were found dead at the observation. Pin-point to diffuse hemorrhages were found in the subcutaneous tissue, trachea, lung, proventricule, and ileo-caecal junction.
Tissue suspension of lung, ileo-caecal junction and brain from euthanasied chicken were injected into allantoic cavity of 10 days old embryonated eggs. The infected embryos were found dead with massive hemorrhage 20 hours post injection. Specific hemagglutination activity against chicken red blood cells could be easily demonstrated in the allantoic fluid using standardized hemagglutination assay. This activity could than be inhibited by AI-reference serum but not by antibody against Newcastle Disease (ND) virus using standardized hemagglutination inhibition assay.
The result shows that the disease is caused by AI virus. Further testing is needed to develop a seed virus for diagnostic, surveillance, and vaccine development purposes.

Key Words: Avian influenza virus, Local Chicken

PENDAHULUAN

Virus Avian Influenza (AI) ganas tipe H5N1 telah dilaporkan mewabah di banyak daerah di Indonesia, termasuk Bali, pada akhir tahun 2003 sampai awal 2004 (Rahardjo 2004). Penyakit tersebut tampaknya telah bersifat endemik. Upaya penanggulangannya juga sedang gencar dilakukan.
Kasus wabah AI tersebut umumnya dilaporkan menyerang ayam ras, baik pedaging maupun petelur. Unggas yang lain yang juga terserang adalah itik. Serangan wabah pada ayam kampung tidak banyak disinggung. Laporan isolasi virus AI pada ayam kampung di Bali dilaporkan dalam tulisan ini.

MATERI DAN METODE

Informasi tentang sejarah penyakit diperoleh melalui wawancara dengan pemilik. Sedangkan pengamatan klinis dilakukan dengan pengamatan di lapangan. Perubahan patologi anatomi diamati di laboratorium dari seekor ayam sebagai contoh yang dimatikan dengan emboli udara pada jantung. Isolasi virus pada kantong alantois telur ayam bertunas (TAB) dan identifikasi dengan uji hemaglutinasi (haemagglutination assay/ HA) dan hambatan hemaglutinasi (haemaglutination inhibition/ HI) dilakukan berdasarkan prosedur baku (WHO 2002). Suspensi jaringan tersangka dalam dengan konsentrasi 10% dalam PBS dengan 5.000 IU/ml penisilin dan 5.000 µg/ml streptomisin diinokulasikan pada kantung alantois TAB yang berumur 10 hari yang diperoleh dari perusahaan pembibitan komersial. TAB yang diinfeksi tersebut diinkubasikan pada temperatur 37°C.
Setelah embryo tampak lemah atau mati, dilakukan pemanenan cairan alantois serta pengamatan pada embryo. Aktivitas hemaglutinasi dalam cairan alantois diuji dengan uji HA. Konfirmasi serologis agen dilakukan dengan uji HI menggunakan serum yang mengandung antibodi terhadap virus AI dan ND. Sebagai kontrol negatif digunakan virus ND galur Lasota komersial yang diperbanyak pada telur ayam bertunas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kasus ini terjadi pada peternakan ayam kampung tradisional di Desa Kerobokan, Denpasar, Bali. Informasi yang pasti tentang jumlah ayam pada peternakan tertular tidak diperoleh. Jumlah awal diperkirakan oleh pemilik sekitar 300 ekor dan diperoleh dan dipelihara dari pasar sejak dua bulan sebelumnya. Menurut pemilik, saat diketahui ayam mulai ada yang sakit, sebagian besar ayam tersebut dipotong dan/atau dijual. Pada observasi lapangan tanggal 16 Juni 2004, tampak bahwa sepuluh ekor dari total sekitar 50 ekor tampak sakit, lima (5) ekor diantaranya mati. Satu hari setelah pengamatan diketahui bahwa semua ayam yang masih tampak sehat dipotong dan/atau dijual.
Gejala yang terlihat adalah hewan tidak mau makan dan minum, bulu kusam, lemah, pucat, inkoordinasi dan kepala menunduk. Gejala penyakit diperkirakan oleh pemilik mulai muncul sejak dua hari sebelumnya. Pada bedah bangkai ditemukan perdarahan titik di bawah kulit, trakhea dan paru-paru, proventrikulus dan seka tonsil.
Inokulasi suspensi organ-organ paru-paru, seka-tonsil, dan otak pada ruang alantois telur ayam bertunas umur 10 hari menyebabkan kematian embryo disertai perdarahan yang menyebar sekitar 20 jam paska injeksi (lihat Gambar 1).
Uji HA dari cairan alantois terinfeksi menunjukkan adanya aktivitas hemaglutinasi dengan titer bervariasi dari 4 sampai 32 unit HA. Hasil pengujian lebih lanjut dengan uji HI menunjukkan bahwa aktivitas tersebut dapat dihambat oleh antibodi standar terhadap AI tetapi tidak oleh antibody terhadap ND.

Gambar 1. Embryo ayam umur 10 hari yang mati 20 jam setelah diinfeksi dengan virus AI yang diisolasi dari ayam kampung dari Bali. Perdarahan tampak terjadi diseluruh tubuh embryo serta membran-membrannya (tanda panah).

Pembahasan

Laporan ini adalah laporan ilmiah pertama tentang isolasi AI pada ayam kampung di Bali. Laporan sejenis dari daerah lain juga tidak tersedia. Lebih dari itu, sekalipun secara resmi dinyatakan sebagai daerah tertular AI (Rahardjo 2004), publikasi ilmiah isolasi dan identifikasi virus AI juga belum tersedia. Dengan demikian, laporan ini dapat dianggap sebagai publikasi ilmiah pertama tentang hal tersebut dari Bali.
Pada awalnya, kasus ini diduga penyakit Newcastle (Newcastle disease/ND), atau setidaknya infeksi gabungan ND-AI. Gejala-gejala khas AI tidak cukup jelas. Gejala syaraf juga tidak khas ND, hanya berupa inkoordinasi. Gejala tortikolis juga tidak nyata. Demikian juga perubahan pasca-mati yang teramati.
Kesalahan interpretasi klinis tersebut tampaknya merupakan hal yang wajar. AI dan ND memang sering mengelirukan karena gejala dan perubahan anatomi yang Sangay mirip antara keduanya. Disamping itu, kedua penyakit ini sering terjadi bersama-sama (Fenner dkk., 1993).
Informasi yang pasti tentang jumlah ayam pada peternakan tertular tidak diperoleh. Saat diketahui ayam mulai ada yang sakit, sebagian besar ayam tersebut dipotong dan/atau dijual. Angka kesakitan dan kematian yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi dari yang diamati. Demikian juga gejala-gejala klinis dan perubahan patologi anatomi yang khas AI tidak bisa dicatat karena ayam dipotong/atau dijual paksa. Yang tercatat memang tidak menunjukkan keganasan agen serta gejala dan perubahan yang menguatkan diagnosis seperti yang dirinci oleh Rahardjo (2004). Pengujian experimental diperlukan untuk memperoleh gambaran keganasan isolat pada ayam kampung yang sebenarnya.
Penanaman pada kantung alantois telur ayam bertunas menunjukkan bahwa ada suatu agen yang mempunyai aktivitas hemaglutinasi yang dengan mudah dapat ditumbuhkan. Agen tersebut menyebabkan kematian embryo disertai dengan perdarahan masif pada embryo dan selaput-selaputnya (Gambar 1) dalam waktu kurang dari 20 jam pasca infeksi. Hasil ini sebenarnya sudah mengarahkan pada agen selain virus ND karena varian virus ini yang paling virulen (vvND) dilaporkan menyebabkan kematian embryo dalam waktu 60 jam (Fenner dkk., 1993).
Pengujian serologis dengan uji HI dengan serum ND-standar juga menunjukkan bahwa agen tersebut bukan ND. Konfirmasi ulang serum dimaksud dilakukan dengan uji HI dengan virus ND galur vaksin Lasota yang diperoleh secara komersial dan ditanam ulang pada telur ayam bertunas.
Kesimpulan bahwa agen yang diisolasi tersebut adalah virus AI diperoleh melalui pengujian serologis dengan uji HI serum kelinci AI-standar yang diperoleh dengan penyuntikan isolat AI Bali yang telah dikonfirmasi sebelumnya.
Pengujian dari agen yang berhasil diisolasi ini diperlukan jika isolat ini hendak dijadikan bibit untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Pengujian dimaksud meliputi konfirmasi subtipe agen, hubungan antigenik dengan virus AI wabah dari seluruh Indonesia dan virus vaksin, serta mempelajari patogenitasnya pada telur ayam bertunas, ayam, mencit, dan berbagai hewan percobaan lainnya.
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang potensi bahaya pemotongan dan/atau penjualan paksa tampaknya mendesak dilakukan. Tindakan yang dilakukan oleh pemilik ternak dalam kasus ini sangat potensial sebagai pemicu perluasan wabah.

DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization 2002. WHO Manual on Animal Influenza Diagnosis and Surveillance. www.who.int/emc-documents/influenza/docs/animalinfluenza/
Rahardjo, Y, 2004. Avian Influenza, Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasannya: Hasil Investigasi kasus Lapangan (Dilengkapi SK Mentan dan SK Dirjen Bina Produksi Peternakan. Diedit oleh C. A. Nidom. Gita Pustaka, Jakarta.
Fenner, FJ, EPJ. Gibbs, FA Murphy, R Rott, MJ Studdert, dan DO White, 1993. Veteriary Virology. 2nd Ed. Academic Press, INC., California.